Monday, March 28, 2011

Pertemuan Para Ahli Tingkat Nasional Pemugaran Candi Siwa Prambanan


 

Pemugaran Candi Prambanan sudah dimulai sejak awal abad ke-20, sejak masa kolonial Belanda. Candi Siwa Prambanan merupakan candi yang pertama dipugar di kawasan Prambanan. Setelah terjadinya gempa bumi tahun 2006, pemulihan kondisi candi sudah dilaksanakan terhadap beberapa candi di kompleks Candi Prambanan. Namun demikian, hingga saat ini belum dilakukan upaya pemulihan terhadap Candi Siwa. Hal ini dikarenakan permasalahan yang dialami Candi Siwa sangat berbeda dengan candi lainnya. Upaya pemulihan untuk Candi Siwa memerlukan keterlibatan banyak pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, khususnya dalam bentuk sumbangan pemikiran dan tindakan. Dengan diselenggarakannya Pertemuan Para Ahli Tingkat Nasional Pemugaran Candi Siwa Prambanan di Hotel Jayakarta tanggal 3 Maret 2011 diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi sebagai pijakan ke depan dalam melestarikan Candi Siwa di Kompleks Candi Prambanan.

Dalam pertemuan ini dipaparkan beberapa makalah tentang pemugaran dari beberapa ahli. Ir. Suprapto mengemukakan Problematika Restorasi Struktur Candi Siwa, Dr. Ahmad Rifai menjelaskan tentang Kajian dan Pertimbangan Geoteknik Persiapan Pemugaran Candi Siwa, Daud Aris Tanudirjo memaparkan tentang Pemugaran Kembali Candi Siwa Pasca Gempa 2006 (Perspektif Arkeologis), dan Subagyo menjelaskan tentang Interpretasi Kerusakan Dinding Dalam Candi Siwa dengan Georadar. Dalam beberapa makalah tersebut dijelaskan tentang beberapa usulan dan pertimbangan tahapan pemugaran Candi Siwa. Ir. Suprapto mengemukakan beberapa pilihan pemugaran seperti pemugaran total, pemugaran parsial maupun pemasangan perkuatan pada Candi Siwa.

Dalam pemugaran total memerlukan waktu yang lama,biaya yang mahal, pembongkaran beton sulit, kerusakan batu semakin banyak. Pemugaran parsial pada bangunan ini diperlukan pemindahan sementara bagian solid dan pembuatan perkuatan pada badan. Sedangkan pemasangan perkuatan dilakukan Penambalan kerusakan (injeksi, grouting), Penambahan sistem perkuatan (internal dan eksternal) dengan struktur beton bertulang atau baja, Grouting pada bagian perlemahan. Daud Aris Tanudirjo memberikan kesimpulan keadaan fondasi candi Siwa dalam keadaan baik sehingga tidak perlu adanya rekayasa dalam pemugaran kembali, agar tidak mengurangi keaslian dalam pengerjaannya (workmanship). Perkuatan batu kulit dengan sistem angkur perlu dengan seksama dipertimbangkan apabila pemugaran kembali candi ini akan dilakukan dengan pembongkaran menyeluruh.

Cara ini akan banyak sekali mengorbankan batu asli yang akan mengurangi tingkat keaslian dalam bahannya (substance). Beberapa pertimbangan pemugaran diantaranya pembongkaran total dan grouting. Pembongkaran total idealnya dengan maksud mengembalikan pada kemungkinan "original workmanship" dan memungkinkan "menggantikan" perkuatan lama (1937-1953) dengan teknologi yang lebih baru. Namun, kemungkinan kerusakan batu terluar (kulit) candi akan sangat tinggi berdasarkan pengalaman di Candi Wisnu dan mengingat sistem perkuatannya. Dengan grouting dibedakan dengan perekatan (apakah dapat mempertahankan prinsip "reversible" dalam konsep pemugaran) dan tanpa perekatan (apakah sesuai dengan tujuannya untuk memperkuat struktur candi) . Sasaran tindak lanjut yaitu masih perlu dicari cara yang lebih baik untuk pemugaran kembali Candi Siwa, khususnya untuk membongkar bagian tubuh dan atap candi dan memperkuat bagian dasar (kaki) candi. Disisi lain perlu penjajagan kemungkinan cara-cara yang dapat melepaskan batu-batu candi yang telah terikat erat dengan cor beton dan angkur. Dr. Ahmad Rifai menyatakan data primer untuk merumuskan program rehabilitasi dan perancangan sistem perkuatan struktur pada Candi Siwa yang terbatas.

Investigasi kondisi pelapisan tanah pada kawasan Kompleks Candi Prambanan secara menyeluruh perlu dilakukan untuk memberikan informasi geoteknik dan sebagai dasar dalam menyusun rancangan rehabilitasi dan antisipasi potensi ancaman alam terhadap Candi Prambanan. Karakterisasi material batu dan pengisi celah batu dan uji mekanis perlu ditindaklanjuti untuk mendapatkan informasi sifat teknis material. Uji dalam kondisi beban dinamis dan stimulasi numeris interaksi tanah struktur fondasi perlu dilakukan untuk mengetahui respon struktur yang dirancang tahan terhadap gempa. Masalah drainase perlu segera ditindaklanjuti baik menyangkut struktur candi maupun kawasan candi. Perlunya memastikan posisi perletakan perkuatan yang ada di Candi Siwa, apakah diletakkan seperti Candi Wisnu, maka metode perkuatan yang diterapkan pada Candi Wisnu bisa dipertimbangkan dan diterapkan. Ke depan, tinjauan kerusakan candi tidak hanya pengaruh gempa tetapi perlu pertimbangan terhadap pengaruh gunung Merapi.